Sunday, December 30, 2018

2018 is Almost Getting OVER!


2018 adalah tahun yang penuh dengan ‘ketakterdugaan’. Dimana salah satu impian saya bisa terwujud dan juga tahun yang mempertemukan diri ini dengan orang-orang yang sangat amat membantu untuk menuju impian lainnya.

Yup! Di awal tahun tepatnya di bulan Januari, saya diberi kesempatan untuk menerbitkan novel yang sudah lama sekali hanya  tersimpan di dalam laptop. Inget banget ketika SMP sering banget baca novel sampe berangan-angan suatu saat nanti novel saya akan berjejeran di rak buku. Its happening now! Walaupun memang belum bisa berada di rak buku Gramedia namun di rak buku saya, dan tentunya bisa berjejeran dengan novel dari penulis keren lainnya seperti Ilana Tan. Wkwkw.

Yash bisa berjejeran di rak buku saya Hihihi😆

Sebenernya novel ini udah lama banget dibuat dan hanya bersembunyi di laptop. Jadi ceritanya dulu itu ada lomba menulis novel korea dan karena waktu itu punya waktu kosong yang amat panjang dan tiba-tiba kepikiran sama curhatan salah satu sahabat tersayang. So, daripada cuma tersimpan di ingatan mending ditulis. Yup, novel ini based true story (sedikit) of my bestie. Makasih yaaa sobat, wkwk. Btw, kalo kalian pengen curhat ke saya boleh ko.. bisa langsung hubungin saya via email di anisah.sa13@gmail.com , siapa tau curhatan kalian bisa dijadikan novel wkwk.

Tapi sayangnya di lomba itu belum berhasil dan akhirnya memutuskan untuk mengirim ke beberapa penerbit.  Sekitar 3 tahun lamanya bahkan udah lupa pernah ngirim tiba-tiba dapet email dari salah satu penerbit indie, kalo novelnya bisa diterbitin. FINALLY THANKS GOD! BIG THANKS to Jejak Publisher 😄

Kepo sama bukunya? Klik aja https://jejakpublisher.com/product/gay-gentleman-and-yours/

Ketakterdugaan lainnya juga terjadi di akhir bulan Januari, pas buka email tiba-tiba salah satu mahasiswa UGM Hukum Pidana ngirim email. Panik dong kirain ada apaa gitu ehh gataunya doi nanya tentang hukum Qishash. Ouou😓

Jadi tuh saya itu lumayan tertarik sama lomba nulis apalagi yang berlabel gratis, trus di tahun 2016 ada lomba nulis jurnal dari FH UI tentang hukum Islam, kebetulan banget di halaqo (semacem mentoring keagamaan) itu sebelumnya lagi bahas Hukum Qishash dan itu pertama kalinya bagi saya denger kata Qishas. Karena saya orangnya kepo maksimal langsung deh tuh cari-cari sumber tentang Qishash dan daripada sayang cuma jadi tulisan mending dikirim aja. Coba-coba berhadiah. Alhamdulillah ternyata bisa lolos.

To be honest, pas dapet email itu seneng banget. Seneng bukan karena pengirimnya dari universitas terkenal tapi seneng karena tulisan saya bisa dijadikan bahan untuk tugas akhirnya. Hehehe

Waktu terus berlangsung sampai akhirnya di pertengahan tahun 2018, saya mengambil mata kuliah wajib yaitu Praktek Keterampilan Mengajar. Yup, menjadi guru  merupakan salah satu impian terbesar saya. Apalagi jadi guru matematika yang bisa mengubah mindset anak murid kalo matematika itu ga sesulit yang mereka bayangin.  Di PKM ini lah saya dipertemukan sama guru-guru yang memang sudah berkecimpung lama di dunia pendidikan dan bertemu dengan murid dengan berbagai karakter penuh warna, dari murid yang duduk manis tangan di atas meja sampe murid yang hobinya keluar masuk kamar mandi. Dari murid yang punya suara pelan sampe murid yang punya suara super lantang, nah murid yang kaya gini biasanya di kelasnya menjabat Seksi Keamanan kelas. Dari murid yang memiliki postur tubuh mini menggemaskan sampe murid dengan tubuh yang besar tinggi yang selalu bilang, “Kok ibu pendek banget si?” Huaa padahal saya sudah pake pantofel 3 cm😢
juga murid-murid SMP yang super polos dan terkadang suka dibuat senyum-senyum sendiri sama tingkahnya.

Namun, setelah sebulan PKM ada perasaan aneh yang muncul. Rasa lelah, cape, sampe bosen sempet terbesit. Lelah karena ternyata tugas guru ga cuma ngajar di kelas tapi juga HARUS buat yang namanya RPP, nganalisa Silabus & Kurikulum, buat  kisi-kisi ulangan, bikin soal ulangan, analisis ulangan, dan perintilan lainnya. Rasa cape kalo ngeliat mereka belajarnya ga serius, berisik di kelas, kesabaran yang bener-bener diuji. Bosen ketika harus berangkat pagi-pagi ke sekolah karena jam setengah 7 udah masuk.

Untung aja rasa aneh itu semua langsung ilang ketika mengajar mereka dan salah satu atau dua murid nyeletuk, “Ohhh... ternyata caranya begitu ya Buu” Walaupun tidak semua siswa mengucapkan kalimat yang sama tapi sangat amat nyenengin hati ini. Setidaknya saya berhasil mentransferkan ilmu saya kepada mereka.
Walaupun kalian suka berisik tapi kalian menggemaskan 😃

Terima kasih banyak SMP Negeri 137 Jakarta, karena sudah mengizinkan diri ini untuk berlatih menjadi guru.

Di pengujung tahun 2018 tepatnya di hari guru, diri ini diberi kesempatan untuk merayakan hari guru dengan guru-guru lainnya di acara Workshop Media Pembelajaran Harmoni Cinta Guru. Acara yang super duper keren ditambah lagi dengan pembicaranya yang amat sangat mahir, dimana dapat memberikan bekal untuk saya agar bisa menjadi guru Millenial yang siap menghadapi revolusi 4.0. Walaupun memang pada teorinya revolusi 4.0 tidak dapat menggantikan peran guru tapi cukup membuat diri ini resah. Nah di acara ini kita diberikan senjata untuk melawan revolusi 4.0 dengan membuat media pembelajaran yang berbasis teknologi.

Nah itu dia kilas balik di tahun 2018. Sayang kalo hanya tersimpan manis di ingatan lebih baik di share karena siapa tau bisa berguna untuk orang lain.

“Karena sejatinya setiap manusia pasti memiliki suatu impian dan untuk menggapai impian tersebut tidak cukup dengan berusaha tapi juga harus ditemani dengan kesabaran. Sabar ketika menghadapi rintangan, sabar ketika harus melawan sesuatu yang berpotensi membuat impian kita hanya menjadi angan, dan sabar menunggu waktu yang tepat dari Tuhan untuk mewudujkan impian kita."

Semoga di tahun 2019, impian kita yang belum bisa tercapai di tahun sebelumnya akan tercapai di tahun 2019.

Doakan saya semoga tahun 2019, saya bisa menyandang gelar S.Pd tanpa sia-sia. Aamiin Allahuma Aamin.

Saturday, March 17, 2018

Make a Matchyyy!!!


Setelah sebelumnya nge-bahas TGT, sekarang kita bahas salah satu tipe pembelajaran yang juga termasuk ke dalam model pembelajaran kooperatif yaitu Make a Match.

Make a Match, apa itu?
          Menurut Nur Safitri (dalam Nadjamudin, 1999) menyatakan, Make a Match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Model Make a Match adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang tekah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang peroran apabila jumlah siswa banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan makna kartu yang dimiliki. Sedangkan Noviawati mengatakan, model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam menumbuhkan keaktifan atau keantusiasan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari usaha siswa untuk dapat menemukan pasangan baik mengenai soal atau jawaban yang didapatkannya, sehingga menimbulkan suasan belajar yang kondusif, menyenangkan, dan menantang.

sumber : www.idbiodiversitas.com


Nah, Bagaimana Langkah-Langkah dalam menerapkan model pembelajaran Make a Match ?
1.     Guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu berisi jawaban
2.    Siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal berusaha dan mencari jawabannya pada kartu yang dibawa oleh teman lainnya
3.    Setelah siswa dapat menemukan jawaban/soal dengan benar kemudian reward
4.    Apabila siswa belum dapat menemukan jawaban atau soal yang mereka dapatkan sesuai batas waktu yang ditentukan maka siswa akan diberi hukuman sesuai kesepakatan bersama
5.    Setelah satu babak selesai, kartu dikumpul dan dikocok lagi agar siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya dan seterusnya
6.    Siswa bersama guru akan menyimpulkan materi pembelajaran dan guru akan mengadakan evaluasi

Ternyata model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match juga mempunya kelebihan dan kekurangannya, diantaranya;
Kelebihan
·         Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran
·         Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis
·         Munculnya dinamka gotong royong yang merata di seluruh murid
·         Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan
Kekurangan
·         Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
·         Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran
·         Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai
·         Jika kelas anda termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah
·         Memakan waktu yang banyak karena sebelum masuk kelas terlebih dahulu untuk mempersiapkan kartu-kartu

Berikut beberapa penelitian pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe Make a Match
  I Gd. Robert Artawa dan Ign I Wyn Suwatra melakukan penelitian di dua sekolah yang berbeda namun masih berada dalam satu gugus kecamatan. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment).  Sebelum penelitian, ditentukan kelas eksperimen yaitu siswa kelas V SDN 1 Muncan yang berjumlah 26 dan kelas kontrol yaitu siswa kelas V SDN 4 Muncan yang berjumlah 28. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan  model pembelajaran konvensional.  Berdasarkan penelitian, hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajran tipe make a match dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesioanl pada siswa kelas V SD Se-Gugus I Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem.

2.    Wirawan Andianto melakukan penelitian di SDN 3 Palar Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran koperatif tipe make a match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek yang dipilih adalah siswa kelas III SDN 3 Palar. Pemilihan kelas ini karen pada hasil observasi awal menunjukan minat dan hasil belajar siswa pada matematika masih rendah.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan 1 – 3 kali kegiatan pembelajaran.  Hasil penelitian pada siklus I menunjukan peningkatan dibandingkan sebelum tindakan. Peningkatan yang terjadi yaitu persentase nilai siswa di atas KKM telah lebih dari 75%, namun minat belajar siswa masih berada pada katagori kurang sehingga harus ditingkatkan lagi agar mencapai katagori baik.

Hasil penelitian pada siklus II menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukan dengan persentase siswa yang telah mencapi indikator >75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai >70% dan nilai minat belajar siswa telah mencapai katagori baik.
Berdasarkan kedua siklus tersebut dapat dikatakan minat dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Palar Klaten dapat ditingkatkan melalui penerapan model kooperatif tipe make a match.


Refrensi:
Anonim. Pengertian Pembelajaran Make A Match Menurut Para Ahli. Diakses di https://idtesis.com/metode-pembelajaran-make-match/  pada 17 Maret 2018.

Artawa, I Gd Robert, Suwatra, Ign. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Di Gugus 1 Kecamatan Selatan. Jurnal online. Diakses pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/837/710 pada tanggal 17 Maret 2018.

Abdullah, Wirawan Andianto. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 3 Palar Klaten (Jurnal Online). Diakses di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fiptp/article/view/698/677 pada tanggal 17 Maret 2018.


Let's Move on to TGT, yukkk!


Guru masa kini, tentu haruslah berbeda dari guru zaman dulu yang posisinya ditempatkan sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Hari ini, guru tidak lagi tunggal menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran, namun guru dituntut aktif dan efektif dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu cara agar mewujudkan pembelajaran yang aktif dan efektif yaitu dengan cara memilih metode pembelajaran yang tepat. Namun terkadang guru mengalami kegalauan dalam memilih model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada saat mengajar di kelas.

Apa sih Model Pembelajaran itu?
          Menurut Slavin, model pembelajaran adalah suatu acuan kepada pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Sedangkan menurut Trianto, model pembelajaran adalah secagai acuan perancanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang diajarkan. Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran  yang dirancang atau dikembangakan dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu.
          Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan pada materi matematika adalah model pembelajaran Team Game Tournament (TNT). Team Game Tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adannya kerjasama antar kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Hal yang menarik dari Team Game Tournament dan membedakan dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lainnya adalah turnamen. Model pembelajaran Team Game Tournament melibatkan aktivitas seluruh peserta didik, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung unsur  permainan dan penguatan. Model pembelajaran Team Game Tournament  memeberi peluang kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
sumber :mejabelajaramel.blogspot.com

Nah, Bagaimana Langkah-Langkah dalam menerapkan model pembelajaran Team Game Tournament ?
·         Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah dan tanya jawab.

·         Pembentukan Kelompok (Team)
Satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik yang anggotanya heterogen. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk belajar bersama supaya semua anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran dan dapat menjawab pertanyaan dengan optimal pada saat game dan turnamen mingguan.

·         Game
Guru menyiapkan pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan yang diperoleh  peserta  didik  dari  penyajian  kelas  dan  belajar  kelompok. Peserta didik memilih nomor game dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor, kemudian skor tersebut dikumpulkan untuk turnamen mingguan.

·         Turnamen
Turnamen dilakukan seminggu sekali atau setiap satu satuan materi pelajaran telah selesai dilaksanakan. Peserta didik melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan cara berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan tugas/materi yang dipelajari. Guru menyiapkan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh tiga peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda (peserta didik yang pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari kelompok lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari kelompok lain). Dengan cara demikian, setiap peserta didik memiliki peluang sukses sesuai dengan tingkat kemampuannya. Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi supaya sesama anggota tim tidak saling membantu.

·         Team recognize
Tim yang menunjukkan kinerja paling baik akan mendapat penghargaan atau sertifikat. Seperti layaknya lomba, tim yang paling banyak mengumpulkan poin/skor akan mendapat predikat juara umum, kemudian juara berikutnya berurutan sesuai dengan jumlah poin/skor yang berhasil diraihnya.

          Dalam pelaksanaannya ternyata TGT memiliki beberapa kelebihan dan Kekurangan, diantaranya:

KELEBIHAN
·         Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru
·    Siswa lebih percaya diri untuk berfikir mandiri, menumakan informasi dari berbagai sumber, dan belajar bersama siswa lainnya
·   Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain
·         Menumbuhkan sikap respon terhadap orang lain
·         Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
·         Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial
·         Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi nyata.

KEKURANGAN
·         Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk melaksanakan model kooperatif tipe TGT
·         Siswa yang memiliki kemampuan lebih akan merasa terhambat oleh siswa yang berkemampuan kurang
·         Memerlukan kerja keras dalam memadukan kemampuan individu siswa dengan kerjasamanya
·         Menciptakan kondisi saling memberi pemahaman antar siswa bisa timbul pemahaman berbeda dengan apa yang diharapkan

Berikut beberapa penelitian pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe TGT;
1.          Kadir Tiya, seorang Dosen Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Haluelo melakukan penelitian pada tanggal 7 Maret hingga 22 Juni 2012 pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 di kelas VIII, SMP Negeri 1 Mawasangka Kab. Buton. Penelitian yang Beliau lakukan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipr TGT. Penelitian tersebut dilaksanakan sebanyak 3 siklus dengan mengikuti prosedur yang usdah ditentukan. Dari ketiga siklus yang dilaksanakan, maka dari tahapan setiap siklus, dimana siklus I mencapai 46,88%, siklus II 68,75%, dan siklus III sebesar 87,5% dari ketiga siklus masing-masing mengalami peningkatan secara signifikan.

2.                  Suharani melakukan penelitian di SDN 07 Baruga Kota Kendiri yang dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang bertujuaan untuk menganalisis peningkatan aktivitas mengajar matematika melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 07 Baruga Kendiri yang berjumlah 20 orang yangterdiri dari 8 siswa putri dan 12 siswa putra.

Penelitian tersebut dilaksanakan sebanyak 3 siklus dengan mengikuti prosedur yang usdah ditentukan. Pada kondisi awal, hasil belajar siswa kelas VB masih rendah, hal ini disebabkan karena guru di SDN 07 Baruga cenderung menggunakan model pembelajarn direct instruction di mana guru berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya perlu mengingat apa yang telah disampaikan guru.

Pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama menyampaikan materi penjumlahan tiga pecahan berturut-turut, pertemuan kedua menyampaikan materi pengurangan tiga pecahan berturut-turut, dan pertemuan ketiga dengan materi memcahkan masalah sehari-hari yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hasil Siklus I berupa rata-rata 72,5 dari evaluasi yang dilaksanakan pada setiap pertemuan siklus I.

Pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan materi perkalian tiga pecahan sedangkan pertemuan kedua dengan materi pembagian tiga pecahan berturut-turut. Hasil siklus II berupa rata-rata 82,25 dari evaluasi yang dilaksanakan pada setiap pertemuan siklus II.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika menjadi 95%. Meningkatkan aktivitas belajar matematika yang tuntas sebanya 19 siswa dari 20 siswa. Meningkatkan hasul belajar siswa kelas VB yaitu 95% tuntas dan 5% tidak tuntas.


Jadi, bagi Kalian Guru maupun Calon Guru gausah galau lagi dalam memilih model dan tipe pembelajarana, Let's Move On to TGT, yukkk!!

Refrensi
Andriani, Rini. 2014. Model Pembelajaran Tema Games Tournaments. Diakses di https://www.duniapembelajaran.com/2014/08/model-pembelajaran-team-game-tournament.html pada tanggal 12 Maret 2018.

Anonim. 2015. Pengertian Model Pembelajaran Definisi Menurut Para Ahli dan Kriteria. Diakses di http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-model-pembelajaran-definisi.html pada tanggal 12 Maret 2018.

Holis, Nur. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning TGT. Diakses di http://home-edukasi.blogspot.co.id/2013/04/kelebihan-dan-kekurangan-tgt.html pada tanggal 17 Maret 2108.

Suharni. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelasi VB SDN 07 Baruga Kendiri. Jurnal WAKAPENDIK Vol 2. No.4 (online)

Tiya, Kadir. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams GamesTournament(TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMPN. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 4 Nomor 2 (online)