“Jika kau bilang cinta itu manis kau benar,
Manis ketika kau berada didekat ku,
Jika kau bilang cinta itu masam kau pun benar,
Masam ketika kau mencoba mendekatinya,
Jika kau bilang cinta itu pahit kau juga benar,
Pahit ketika ku tahu kau telah menjadi miliknya.”
Dia bodoh. Dia selalu membuat
onar dan setiap guru yang mengajar dia selalu saja dimarahi seakan-akan sudah
menjadi kebiasaan bagi guru-guru untuk memarahinya. Dia orang yang pernah ku
benci. Tapi tak tahu mengapa aku mencintainya. Benar kata orang, benci dan
cinta itu beda tipis. Sejak semester dua, dia pindah duduk di depan tempat
duduk ku. Awalnya aku merasa risih duduk berhadapan dengannya tapi, lama
kelamaan kita menjadi dekat. Aku memanggilnya Zio. Dan sejak aku dekat dengannya,
argumentasiku ternyata salah. Dia tidak seburuk dari yang kukira. Dibalik
wajahnya yang selalu menunduk saat guru memarahinya tapi ia memiliki kemauan
yang besar untuk menjadi yang lebih baik.