Saturday, March 17, 2018

Make a Matchyyy!!!


Setelah sebelumnya nge-bahas TGT, sekarang kita bahas salah satu tipe pembelajaran yang juga termasuk ke dalam model pembelajaran kooperatif yaitu Make a Match.

Make a Match, apa itu?
          Menurut Nur Safitri (dalam Nadjamudin, 1999) menyatakan, Make a Match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Model Make a Match adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang tekah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang peroran apabila jumlah siswa banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan makna kartu yang dimiliki. Sedangkan Noviawati mengatakan, model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam menumbuhkan keaktifan atau keantusiasan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari usaha siswa untuk dapat menemukan pasangan baik mengenai soal atau jawaban yang didapatkannya, sehingga menimbulkan suasan belajar yang kondusif, menyenangkan, dan menantang.

sumber : www.idbiodiversitas.com


Nah, Bagaimana Langkah-Langkah dalam menerapkan model pembelajaran Make a Match ?
1.     Guru menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu berisi jawaban
2.    Siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal berusaha dan mencari jawabannya pada kartu yang dibawa oleh teman lainnya
3.    Setelah siswa dapat menemukan jawaban/soal dengan benar kemudian reward
4.    Apabila siswa belum dapat menemukan jawaban atau soal yang mereka dapatkan sesuai batas waktu yang ditentukan maka siswa akan diberi hukuman sesuai kesepakatan bersama
5.    Setelah satu babak selesai, kartu dikumpul dan dikocok lagi agar siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya dan seterusnya
6.    Siswa bersama guru akan menyimpulkan materi pembelajaran dan guru akan mengadakan evaluasi

Ternyata model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match juga mempunya kelebihan dan kekurangannya, diantaranya;
Kelebihan
·         Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran
·         Kerjasama antara sesama murid terwujud secara dinamis
·         Munculnya dinamka gotong royong yang merata di seluruh murid
·         Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana menyenangkan
Kekurangan
·         Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
·         Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran
·         Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai
·         Jika kelas anda termasuk kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah
·         Memakan waktu yang banyak karena sebelum masuk kelas terlebih dahulu untuk mempersiapkan kartu-kartu

Berikut beberapa penelitian pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe Make a Match
  I Gd. Robert Artawa dan Ign I Wyn Suwatra melakukan penelitian di dua sekolah yang berbeda namun masih berada dalam satu gugus kecamatan. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment).  Sebelum penelitian, ditentukan kelas eksperimen yaitu siswa kelas V SDN 1 Muncan yang berjumlah 26 dan kelas kontrol yaitu siswa kelas V SDN 4 Muncan yang berjumlah 28. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan  model pembelajaran konvensional.  Berdasarkan penelitian, hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajran tipe make a match dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesioanl pada siswa kelas V SD Se-Gugus I Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem.

2.    Wirawan Andianto melakukan penelitian di SDN 3 Palar Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran koperatif tipe make a match. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek yang dipilih adalah siswa kelas III SDN 3 Palar. Pemilihan kelas ini karen pada hasil observasi awal menunjukan minat dan hasil belajar siswa pada matematika masih rendah.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan siklus, dimana setiap siklus dilaksanakan 1 – 3 kali kegiatan pembelajaran.  Hasil penelitian pada siklus I menunjukan peningkatan dibandingkan sebelum tindakan. Peningkatan yang terjadi yaitu persentase nilai siswa di atas KKM telah lebih dari 75%, namun minat belajar siswa masih berada pada katagori kurang sehingga harus ditingkatkan lagi agar mencapai katagori baik.

Hasil penelitian pada siklus II menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditunjukan dengan persentase siswa yang telah mencapi indikator >75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai >70% dan nilai minat belajar siswa telah mencapai katagori baik.
Berdasarkan kedua siklus tersebut dapat dikatakan minat dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Palar Klaten dapat ditingkatkan melalui penerapan model kooperatif tipe make a match.


Refrensi:
Anonim. Pengertian Pembelajaran Make A Match Menurut Para Ahli. Diakses di https://idtesis.com/metode-pembelajaran-make-match/  pada 17 Maret 2018.

Artawa, I Gd Robert, Suwatra, Ign. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Di Gugus 1 Kecamatan Selatan. Jurnal online. Diakses pada https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/837/710 pada tanggal 17 Maret 2018.

Abdullah, Wirawan Andianto. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 3 Palar Klaten (Jurnal Online). Diakses di http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fiptp/article/view/698/677 pada tanggal 17 Maret 2018.


No comments:

Post a Comment